[Khutbah Jumat]: Kisah dan Keutamaan Membaca Shalawat

Oleh: Ahmad Husen As-Sajjad bin Aqil

Khutbah Jumat pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah jamaah Jumat

Bulan Rabiul Awwal yang biasa kita sebut sebagai bulan maulid atau bulan kelahiran Baginda Nabi Muhammad ﷺ telah tiba. Umat Islam menyambut dengan suka cita dan penuh kebahagiaan. Kegembiraan semacam ini adalah bentuk pengamalan firman Allah ﷻ :

قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟

Katakanlah: ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.‘ (QS: Yunus : 58)

Salah satu cara untuk melaksanakan peringatan maulid adalah dengan banyak membaca shalawat. Setiap sepekan sekali banyak dari kita yang memperingatinya dengan mengadakan acara maulidan di masjid, mushala, atau dari rumah ke rumah.

Jika kita perhatikan di dalam buku maulid yang sering kita baca, selalu berisi ajakan untuk membaca shalawat. Ya Rabbi Shalli a’la Muhammad ya Rabbi Shalli a’laihi wa sallim. (Wahai Tuhanku, limpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya).

Di balik pembacaan shalawat terkandung beragam kisah yang mengharukan. Kisah yang pertama tentang seorang bernama Syaikh Farazdaq.

Beliau adalah seorang penyair ulung. Ia mendendangkan banyak syair yang berisi pujian kepada Rasul ﷺ.

Suatu hari setelah ia berziarah ke makam Rasul ﷺ, ia diajak seseorang ke rumahnya guna dijamu makan siang. Namun, sesampainya di rumah itu, Farazdaq justru dipersekusi sampai lidah yang sering ia gunakan untuk bershalawat dan memuji Rasul ﷺ dipotong oleh sosok yang tidak suka ada orang yang memuji Rasul ﷺ.


Share on Facebook
Share on Twitter
Tags :

Related : [Khutbah Jumat]: Kisah dan Keutamaan Membaca Shalawat